Saturday, August 25, 2012

Korea Food Week 2011

Harmony of Exploring Korean Food, Culture, Life & Expanding Business Opportunities Fajar baru saja menyingsing di bandara Incheon Korea Selatan, saat pesawat Korean Air yang membawa BAKERY MAGAZINE menyentuh landasan. Perjalanan sekitar 8 jam yang dimulai pukul 22.00 pada tanggal 8 November 2011 dari Jakarta akhirnya usai pada pukul 06.45 pagi tanggal 9 November 2011 (waktu Korea 2 jam di muka dari WIB). Kami bergegas turun dari pesawat dan melewati pemeriksaan petugas imigrasi dengan lancar untuk mengambil bagasi. Incheon Airport seperti pada umumnya bandara moderen di luar negeri, selalu membuat iri dan memancing kagum karena nampak teratur, resik dan memberi kenyamanan yang tidak kalah dengan mall moderen. Di pelataran bandara yang sangat teratur, kami menunggu kedatangan Limousine Bus yang akan membawa kami ke Renaissance Hotel di pusat kota Seoul. Renaissance Hotel telah disiapkan Coex (penyelenggara Korea Food Expo 2011) untuk kami bermalam. Sesuai rencana kami diberikan undangan menginap selama 3 malam di Seoul. Udara sejuk sekitar 15 derajat Celcius menyelubungi tubuh kami saat menunggu bus datang. Sambil menunggu, kami mampir ke salah satu gerai bakery yang ada di Incheon airport bernama Paris Baguette, membeli berbagai roti yang ada sekaligus mengambil foto suasana gerai yang cantik. Tidak lupa kami membeli secangkir kopi untuk mengurangi rasa kantuk karena kurang nyenyak tidur di pesawat. Limousine Bus tepat datang pukul 10.07 (menitnya saja begitu pas), kami menaiki bus milik perusahaan Korea Air yang nyaman. Penumpang dalam bus hanya 8 orang. Tempat duduk yang nyaman di bus segera membawa tubuh yang masih terasa penat ke pusat kota Seoul. Kami melalui berbagai daerah industri menjelang ke Seoul. Sesekali terlihat lahan pertanian yang menanam ubi jalar dan buah-buahan dalam rumah kaca. Beberapa jembatan yang menghubungkan sisi utara dan selatan Seoul yang dibelah sungai Han tampak menghiasi pemandangan. Lalu lintas mulai padat di pagi hari tersebut. Mobil-mobil buatan Korea yang nampak trendy seperti Hyundai dan Kia mendominasi jalan raya. Kami tiba di hotel Renaissance, yang berada di 676 Yoksam-Dong di area bisnis Gangnam ,sekitar pukul 11.00. Karena Coex sudah mengatur dengan rapi, proses check in di Club Lounge berjalan lancar. Kami sempat bertegur sapa dengan journalis majalah café tea dan ice cream dari Bangkok yang juga diundang Coex. Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, kami bergegas menunggu shuttle bus dari hotel ke area pameran Korea Food Expo di Coex Center. Korea’s Most Highly Trafficked Food Exhibition, 8 Shows in One! Sejak menjejakkan kaki di Coex Center, yang juga menyatu dengan Coex Mall, kami sudah kagum dengan tempat penyelenggaraan pameran yang berkelas dunia dan terasa begitu memberi kenyamanan. Petugas pameran bekerja profesional dan tidak bertele-tele. Tamu cukup menunjukkan undangan pameran dan langsung masuk ke area pameran. Tidak ada penggeledahan tas pengunjung (salah satu kegiatan yang tidak jelas efektivitasnya kalau kita berada di Indonesia). Kami menunjukkan kartu nama dan surat undangan peliputan dari Coex kepada petugas bagian pendaftaran pameran, lalu langsung diberikan kartu pas masuk bertuliskan PERS, yang berlaku sampai pameran hari terakhir. Panitia bahkan memberikan kupon untuk makan siang di food court area pameran. Ini memang pameran kelas dunia dengan kualitas penyelenggara pameran yang jelas berkelas dunia pula. Korea Food Expo 2011 merupakan pameran tahunan yang ke 6 kalinya diselenggarakan sejak pameran pertama di tahun 2006. Pameran ini sebelumnya dikenal dengan nama Food Week. Sebenarnya pada 27 Oktober lalu juga diselenggarakan pameran Bakery bernama Seoul International Bakery Fair 2011 (SIBAC) di Hall C, Coex Center. Sayang kami tidak hadir di pameran yang berlangsung 2 tahun sekali tersebut. Namun saat rapat dengan panitia pameran SIBAC 2013, mereka sudah berjanji akan mengundang kami untuk meliput di SIBAC 2013 nanti. Korea Food Expo 2011 sendiri menempati Hall A dan B di lantai 1 dan Hall C dan D di lantai 3. Total luas area pameran mencapai 36.000 m2. Pameran ini diselenggarakan oleh Pemerintah Korea Selatan dari Departemen Makanan, Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, sementara sebagai tuan rumahnya Coex, yaitu penyelenggara pameran sekaligus pemilik tempat pameran terbesar di Korea Selatan. Delapan kegiatan yang tampil di Korea Food Expo 2011 meliputi : • International Food Fair • Hotel & Restaurant Fair • Makgeolri (rice wine) Expo • Premium Agrostock Fair • Kitchen Fair • Seoul Cooking Show • Rice Fair • Food Packaging Machinery Exhibition Kami memutuskan memasuki dulu area Hall A dan B yang berada di lantai 1. Berbagai perusahaan yang memproduksi makanan, bahan makanan, mesin-mesin pemrosesan makanan, peralatan penunjang proses pembuatan makanan, berbagai produk kemasan makanan, hadir memenuhi Hall A dan B. Juga tampak pavilion negara-negara lain, yang biasanya memang cukup aktif hadir di berbagai pameran internasional seperti Pavilion negara Jepang, China, Jerman, Belgia, Italia, Spanyol, Austria, Taiwan, India, Turki dan untuk ASEAN tampil di area ASEAN-Korea Center. Para Eksibitor di Hall A dan B Secara keseluruhan jumlah peserta pameran mencapai 698 perusahaan yang mengisi 1.718 booth. Diantara perusahaan-perusahaan yang berpameran, 175 perusahaan berasal dari luar Korea Selatan yang mencakup 33 negara dan mengisi 250 booth. Perusahaan dari Polandia memamerkan produk kopi merek Instanza dan Belgian waffle yang ditata menarik di boothnya. Perusahaan dari Italia seperti biasa memamerkan wine dan olive oil. Tiga perusahaan asal Indonesia berada di lokasi ASEAN-Korea Center. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT Bonecom, PT Istana Cipta Sembada dan PT Toba Surimi Industries, yang semuanya mengekspor produk seafood beku ke luar negeri. Sayangnya jenis produk ketiga perusahaan hampir sama, padahal kita bisa membuat komposisi produk yang dipamerkan yang lebih beragam, misal menampilkan perusahaan minuman atau produk makanan jenis lain yang jumlahnya melimpah di Indonesia. Negara ASEAN lain seperti Brunei Darussalam menampilkan produk saus sambal, makanan kalengan dan seafood. Kamboja menampilkan kopi, wine dan liquor berbasis pohon aren dan juga produk lada hitam. Laos menampilkan buah-buahan dalam kaleng. Malaysia menampilkan booth yang menjual aneka produk berbasis durian, produk berbasis kelapa dan juga perusahaan penghasil cookies. Myanmar menampilkan ikan kering, mie instant dan seafood beku. Singapura menampilkan minuman juice dalam kemasan, minyak goreng dan bakso beku. Thailand menampilkan minuman lidah buaya, aneka sirup buah dan juga produk aneka seafood dan daging non seafood beku. Yang menarik saat mampir ke salah satu stand Filipina yang menampilkan produk berbasis mangga. Kami diajak mencicipi potongan buah mangga dalam secangkir krim santan dan almond yang dingin seperti es krim. Enak dan inovatifnya. Produk sejenis tentu dengan mudah dihasilkan di negara kita juga.Konon menurut Mr. Tomas Medina, sang pemilik perusahaan, produk tersebut sebanyak puluhan kontainer (refer container) setiap bulannya diekspor ke berbagai negara. Stand lain yang menarik untuk dikunjungi adalah stand milik grup perusahaan makanan besar Korea yaitu Samlip General Food yang memiliki berbagai anak usaha dalam bidang makanan yang terkenal. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 1945 berawal dalam usaha bakery. Produk-produk Samlip yang terkenal adalah Cream Bread, Full Moon Cake, Hobbang serta Himyun (noodle). Melalui anak perusahaannya SPC Corporation, Samlip memiliki berbagai branded bakery outlets yang menyebar secara masif di sekujur semenanjung Korea seperti Paris Croissant yang begitu berkelas, Paris Baguette, Dunkin’s Donuts, Baskin Robins, Shany, Café Pascucci, Jamha Juice. Kami diberi kesempatan mengambil gambar berbagai produk anak perusahaan SPC seperti berbagai produk roti berbasis sour dough yang dijual di Paris Baguette, berbagai cake cantik kreasi Paris Croissant dan donat-donat berbentuk unik kreasi Dunkin’ Donuts Korea. Berbagai perusahaan yang memajang produk mesin mixer, oven, dough sheeter ada di stand Dae Yung Bakery Machinery. Juga ada perusahaan yang memajang alat sterilisasi untuk benda kerja seperti sepatu kerja, pakaian kerja dan utensil, bahkan berbagai mainan anak-anak dapat disterilkan melalui lemari sterilizer guna mencegah kontaminasi bakteri berbahaya. Salah satu konglomerat dunia bahan makanan di Korea yaitu CJ juga tampil memajang produk-produk unggulannya seperti bubur siap saji, nasi siap saji dengan berbagai bumbu dan lauk misalnya kimchi, kari ayam, sup rumput laut. Juga ada bumbu-bumbu (seasoning), minuman juice, snack, saus dan kecap, pasta bumbu kedelai, bahkan garam. CJ juga memiliki produk mie instant, udon instant dan mie dari beras. Makanan khas Korea yaitu Kimchi, tersedia dalam kemasan siap makan. CJ juga memiliki produk andalan dalam kategori dessert seperti fruit dessert, yoghurt, fruit jelly drink. CJ yang berdiri sejak tahun 1953 sebagai pabrik gula, saat ini anak usahanya telah tersebar di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia. Hall C & D Korea Food Expo 2011, Etalase Kedigdayaan Produk Lokal Korea Di lantai 3 Coex Center terdapat Hall C dan D yang memamerkan berbagai produk-produk lokal dari berbagai propinsi di Korea Selatan. Hal ini bisa dimaklumi karena Korea Food Expo diselenggarakan oleh Departemen Makanan, Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, yang berkepentingan mengusung berbagai produk-produk Korea. Di pintu masuk Hall C kita sudah disambut hiasan berbentuk tembok kuno yang indah dengan gerbang kayu yang anggun. Pengunjung tidak henti-hentinya berhenti di sana untuk berfoto. Tak jauh dari gerbang, dipamerkanlah berbagai makanan khas Korea yang ditata sedemikian indah dan rapihnya mengundang decak kagum. Konon kita bisa memahami karakter suatu bangsa, yang bisa maju dari bagaimana makanan dimasak dan disajikan. Penataan yang setara dengan tata artistik makanan Jepang, selain indah juga mampu mengundang selera. Berbagai jenis Kimchi (acar sawi putih dibalur bawang putih dan cabai merah yang asam pedas) ditunjukkan dengan menarik. Jangan lupa Korea Selatan juga banyak mendapat pengaruh dari kuliner China, misal ada Samgyetang, yaitu sup ayam obat, dimana potongan ayam utuh dimasak dengan ginseng dan berbagai herbal, dan isi perut ayam yang sudah dibersihkan diisi dengan beras ketan yang dimasak dengan berbagai tumbuh-tumbuhan berkhasiat. Rasanya sungguh luar biasa nikmat selain menyehatkan, baik disantap di saat musim dingin maupun musim panas. Berbagai hidangan berbasis beras termasuk snack ditampilkan dalam keragaman warna dan bentuk serta penataan yang menarik. Bahkan di salah satu stand dilakukan kegiatan membuat Hangwa oleh para pengunjung, yaitu sejenis produk jipang manis ala Korea. Kegiatan ini membuat para pengunjung dari kalangan Ibu-Ibu menjadi gembira dan bersemangat. Ini adalah ide yang inspiratif dan edukatif dalam melestarikan budaya makanan lokal secara elegan. Di sudut lain terdapat booth yang memajang hasil peternakan lebah berupa aneka produk madu. Yang menarik adalah dibuatkan taman bunga dalam akuarium kecil, dimana lebah terbang menghisap madu dari bunga tersebut. Display yang kreatif tersebut menarik untuk diabadikan para pengunjung. Berbagai hasil pertanian dari Korea terutama dari Pulau Jeju yang subur, seperti pear, jeruk, strawberry, persimon, apel, plum, labu, melon, jamur merang, paprika, pare, timun suri, sawi putih, wortel, ubi jalar, terong ungu, blueberry, anggur, tomat dan masih banyak lagi sayur dan buah-buahan segar dipajang dengan penataan yang indah dan memiliki tema yang kuat. Pemerintah dan petani serta perusahaan swasta berada dalam suatu rangkaian yang erat dan sinergis dalam mendukung produk-produk pertanian Korea terangkat harkatnya. Hasil olahan pertanian berupa makanan dan minuman bernilai tambah tinggi dipajang dalam tempat yang anggun. Ginseng contohnya, yang merupakan produk pertanian unggulan Korea, nampak begitu inovatif dikemas, baik sebagai minuman, jamu, permen bahkan aneka kue dan masakan siap saji dalam kemasan. Kami diberi kesempatan menikmati berbagai sampel aplikasi produk ginseng yang bernilai tambah tinggi, contohnya wine dari raspberry yang di dalam botolnya terdapat akar ginseng. Berbagai produk olahan dari beras dan gandum yang dibuat menjadi semacam arak / sake ala Korea dikemas dalam botol yang mewah, baik dari gelas maupun dari porselen dan diberi kardus kemasan nan anggun berkelas. Di tengah berbagai produk pertanian yang dipajang dengan atraktif, terselip juga berbagai pusat pendidikan kuliner untuk menunjang bertumbuh kembangnya masakan Korea di luar negeri. Di Seoul, berbagai gerai restoran, bakery dan café begitu menyebar rapat dan atraktif menarik perhatian. Di area pameran juga terdapat booth yang memajang hasil industri kreatif kaum muda, seperti manga (komik moderen) yang menceritakan dunia kuliner. Lalu di area yang sama ada pertunjukkan juggling oleh para bartender yang mengundang perhatian kaum muda berkumpul. Di salah satu sisi terdapat dinding yang bertuliskan lokasi restoran-restoran Korea direkomendasi yang berada di kota London. Ini terasa mengundang keheranan namun sekaligus rasa hormat kepada penyelenggara pameran dan pemerintah, karena masih memikirkan mempromosikan masakan Korea di London, kota yang nun jauh ribuan kilometer dari kota Seoul, tempat pameran diselenggarakan. Foto Chef Hooni Kim, yang melanglang buana di London dan New York dalam menjalankan profesi sebagai Chef, menghiasi dinding Korean Culinary International Map. Di salah satu sudut hall D ada booth yang menarik perhatian karena produk andalannya adalah garam. Nama produknya adalah Shinan Solar Salt. Shinan adalah salah satu daerah pedalaman di barat daya Korea, yang merupakan daerah terbersih di dunia dan terdiri dari 1.004 pulau. Dataran pasang laut di Shinan adalah yang terbesar kelima di dunia, penuh dengan benda-benda organik dan menghasilkan garam bernutrisi. Terdiri dari lumpur hitam, dataran pasang laut dijaga tetap seperti kondisi asalnya dan merupakan dataran pasang laut paling alami di dunia. Perbedaan tinggi pasang dan surut laut di Shinan mencapai 10 meter. Garam matahari Shinan mengandung mineral paling kaya di dunia. Khususnya mengandung lebih banyak magnesium, potassium dan kalsium daripada garam apapun di dunia. Komposisi mineralnya seimbang sehingga optimal bagi tubuh manusia. Saat dipanaskan, garam Shinan menjadi antioksidan yang kuat. Karena kaya akan mineral, maka garam Shinan mampu menjaga tekanan darah tetap rendah. Berbagai makanan yang difermentasi dengan garam Shinan akan mampu menekan pertumbuhan sel kanker selain mampu meningkatkan cita rasa masakan. Summary from the Breath-taking Exhibition Selama 4 hari hari penyelenggaraan Korea Food Expo 2011 (9 sampai 12 November 2011) berhasil meraih kunjungan 94 ribu orang. Pengunjung yang berasal dari kalangan pembeli meningkat 65 persen dibandingkan tahun lalu. Pameran berkelas dunia ini dapat kami simpulkan sebagai event yang wajib dikunjungi untuk mendapatkan ide-ide berharga dalam mengembangkan bisnis sekaligus meraih jaringan usaha di luar negeri. Kelas berbagai produk yang dipamerkan, kelas peserta pameran dan organisasi pameran sangat membuat betah pengunjung. Hanya ada kekurangan kecil yaitu sebagian besar brosur peserta pameran ditulis dalam bahasa Korea. Namun masih bisa terobati karena rata-rata penjaga stand bisa berbahasa Inggris. Maka jangan lewatkan Korea Food Expo 2012 yang akan diselenggarakan pada tanggal 7 sampai 10 November tahun depan. Pada edisi Januari 2012 akan kami sajikan berbagai bakery dan cafe di Seoul serta suasana pasar malam yang menarik di saat kami mengikuti Night Tour bersama panitia dari Coex. Jangan lupa berbagai kuliner menarik di Korea yang selain lezat juga menyehatkan kami liput dengan penuh semangat. Tampilan dan isi berbagai gerai usaha makanan semua seimbang dalam menarik pembeli. (PG)

No comments: