Thursday, November 30, 2006


Pempek Palembang : Kulinari Fenomenal






Gbr.1 : Aneka pempek

Bagi masyarakat Palembang, pempek tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Makanan yang terbuat dari campuran ikan, pati tapioka (sagu), dan bumbu penyedap serta ditemani dengan kuah pedas manis asam cuka, seolah-olah sudah merasuk dalam segala aktifitas kehidupan mereka.
Saat pagi menjelang, pempek sudah mulai dikonsumsi, saat makan siang mereka bisa tidak mengkonsumsi nasi selain hanya makan pempek atau produk turunannya seperti tekwan atau model, saat sore hari mereka isi dengan makan pempek, sampai saat malam pempek bisa jadi merupakan salah satu menu juga. Pempek disajikan mulai dari hotel berbintang sampai di-emper-emper pinggir jalan atau long-lorong sempit gang yang kumuh. Pempek dibuat oleh produsen kelas restoran atas sampai kelas usaha rumah tangga. Harga dan rasanya juga bervariasi sesuai kantong dan selera kita.

Jenis dan Bahan Pempek
Pempek ternyata ada beberapa macam. Yang umum kita ketahui adalah pempek yang dimakan dengan kuah cuka (orang Palembang menyebutnya "cuko"). Untuk jenis pempek ini sesuai dengan bentuk dan isinya maka ada yg namanya : telor, lenjer, bulat (adaan), kulit (kulit ikan), pastel (isi pepaya serut) dan tahu. Juga ada yg namanya Kapal Selam, pempek cukup besar yang isinya telor. Jika pempek dimakan dengan soun, mie, tahu dan ditaburi ebi kemudian disiram kuah cuka maka diberi nama Rujak Mie. Ada lagi Lenggang yaitu pempek kosong (lenjer) yang dipotong kecil-kecil, diaduk dengan telor mentah kemudian digoreng ala telor dadar dan disiram kuah cuka.
Juga ada jenis pempek yang namanya Tekwan, berupa pempek kecil-kecil dan agak kenyal dihidangkan dengan kuah kaldu udang dan jamur. Rasanya gurih, sedap dan menantang lidah kita. Juga ada Model, yaitu pempek besar isi tahu yang dihidangkan dengan kuah kaldu udang dan soun. Jika dicoba sekali, maka pasti bisa ketagihan, maklum rasanya sangat khas, dan gurih.

Gbr.2 : Tekwan yg menggugah selera sedang disajikan


Bahan pembuatan pempek ada berbagai variasi. Untuk pedagang tertentu ada yg sangat fanatik memakai ikan Belida, yang merupakan ikan yg sudah langka dan harganya mahal (1 kilogram sekitar Rp 80.000). Contohnya toko Pempek Eng di jalan Dempo. Daging ikan Belida yang sudah dihaluskan dicampur dengan sagu Cap Tani, yang merupakan sagu termahal saat ini (25 kg sekitar Rp 300.000). Pempek Eng masuk kategori Premium, harganya mencapai Rp 3.000 per buahnya, namun pembeli tetap sering kehabisan. Konon beberapa pejabat tinggi pusat dan daerah serta artis fanatik dengan Pempek Eng.

Gbr. 3: Proses pembuatan pempek dari ikan Belida di Pempek Eng

Ada juga pedagang yang memakai ikan Gabus. Salah satu toko pempek ikan Gabus yang menjadi ikon adalah pempek Pak Raden. Juga ada pedagang yang memakai ikan Tenggiri seperti pempek Nony 168 yang juga terkenal. Ikan Tenggiri yang dipakai adalah yg kelas satu dan didatangkan dari berbagai daerah pantai seperti Riau, Lampung dan Jambi. Pempek kelas menengah ke atas rata-rata memakai sagu Tani dari Bogor karena warnya putih bersih dan kekenyalannya bagus. Per sak 25 kg bisa mencapai Rp 300.000.

Untuk pempek kelas ekonomis, maka mereka memakai ikan belut dan ikan gabus yang harganya murah sekitar Rp 20.000 / kg. Sagu yang dipakai juga sagu kelas ekonomis seperti merek 99. Hampir semua pembuat pempek sepakat memakai Sasa sebagai vetsin andalan mereka. Tidak peduli penjual pempek kelas atas sampai kelas lorong-lorong kumuh, semua merujuk pada vetsin merek Sasa. Kata mereka rasanya lebih "berani" alias gurih sekali dibandingkan vetsin merek lainnya.

Cuko-Cuko-Cuko !
Bahan kuah cuka juga sangat menentukan apakah toko / kedai pempek bisa sukses atau tidak. Umumnya kuah cuka komposisinya adalah : air + gula jawa/ gula aren, cabe rawit yg dihaluskan, bawang putih juga dihaluskan, ditambahkan cuka meja. Ada juga yang memakai asam jawa, namun daya tahannya tidak bisa lama. Setiap pedagang memiliki persentase dan resep rahasia atas komposisi bahan-bahan kuah cuka serta bahan-bahan pembuat pempek. Yang ahli makan pempek, bisa membedakan rasa cuko yang bervariasi komposisinya tersebut. Kadang-kadang pempek yang biasa2 saja, saat ditemani dengan cuko yg pas enak maka akan laris dikunjungi. Di Palembang, menghirup kuah cuka pedas sambil menikmati pempek adalah hal yg wajar-wajar saja, bahkan di pagi hari sekalipun sementara bagi kita yg tidak terbiasa bisa sakit perut.

Antar Penjual Pempek
Anehnya, diantara para pembuat pempek tidak ingin mencicipi pempek saingannya untuk uji banding. Mungkin mereka sudah yakin dengan resep mereka yang sudah ada penggemarnya, sehingga kalau mencoba produk pesaingnya bisa terpengaruh dengan resep pesaing. Namun diantara mereka saling menghormati penjual pempek pesaingnya dan mengatakan setiap pedagang punya ciri khas masing-masing. Bagi kita yang awam dengan dunia pempek, maka mungkin agak susah juga merasakan perbedaan itu. Tapi yang pasti, pemilihan kualitas ikan dan komposisinya pada adonan pempek akan menentukan kualitas pempek itu sendiri.

Profil Beberapa Pengusaha Pempek Top Palembang
1. Pempek Pak Raden
Usaha pempek mulai dijalani oleh Ibu Hajjah Nurhasanah 25 tahun yang lalu. Saat itu pempek yang pertama kali dijual adalah pempek Dos, yaitu pempek yang tidak memakai ikan, hanya campuran sagu, terigu (orang Palembang menyebutnya "gendum") dan bahan penyedap (vetsin).
Namun untuk bisa menjual dengan harga bagus maka pempek ikan adalah produk yang harus dijual karena sudah diterima lidah secara luas. Seiring perjalanan usaha, ketekunan bu Nur, demikian beliau biasa disapa, mulai membuahkan hasil. Cabang pertama di buka di kota Jambi, kemudian ke daerah Depok Jakarta, baru dibesarkan total di Palembang. Saat ini cabangnya ada di Batam juga. Outlet terbaru di daerah Bintaro Jakarta baru saja di buka awal Juni 2006.
Jika kita berkunjung ke Palembang, maka satu-satunya tempat berjualan pempek termewah adalah pempek Pak Raden di jalan Jend. R. Sukamto. Dilengkapi AC dan interior yang mewah, maka resto pempek itu menjadi wajib dikunjungi. Pedagang pempek yang lainpun mengakui kebesaran nama Pempek Pak Raden.
Gbr. 4 : Ibu Nurhasanah, pemilik Pempek Pak Raden & Bogasari Team


2. Pempek Eng
Usaha pempek Eng dijalankan sepenuhnya oleh Ibu Indrawati atau biasa disapa Cik Eng. Sosok yang ramah ini sangat tekun dalam membuat pempek. Pada usia 50 tahun lebih dia masih menyiapkan adonan pempek sejak jam 2 pagi dengan dibantu beberapa asistennya. Pempek Eng hanya membuat pempek dari ikan belida. Penulis sempat melihat bagaimana ikan belida utuh dihaluskan menjadi pasta ikan untuk selanjutnya diolah menjadi adonan pempek. Ciri khas ikan belida pempek Eng membuat pempeknya sering menjadi incaran oleh-oleh wisatawan di Palembang. Sayangnya Cik Eng bukan orang yang ngoyo, sehingga sering pesanan dalam jumlah besar ditolak. Baginya bisa keluar negeri 2 kali setahun dan setiap minggu berolah raga hash (jalan lintas alam) sudah lebih dari cukup.



3. Pempek Candy
Pempek ini memakai bahan ikan tenggiri kelas satu. Rasanya sangat legit dan gurih Coba saja pempek bulatnya, maka aroma pempek kelas satu dengan rasa ikan tenggiri berkualitas akan mengisi langit2 mulut. Pempek Candy sudah memasang sertifikat Halal. Ada 5 cabang yg tersebar di Palembang dan Jambi. Namun yg terbesar ada di Jl. Sudirman Palembang. Pempek Candy juga merupakan sasaran bagi pemburu oleh2 dari luar kota yang ingin memberikan kepada sanak saudara atau dimakan sendiri. Rasa yg khas pempek Candy menjadi daya tarik pempek ini bagi para peminatnya.

Pempek Dos, Alternatif Baru Pempek
Selain pempek dengan bahan dasar tepung sagu, sebenarnya juga ada pempek yg memakai bahan dasar tepung terigu, yg di Palembang secara khusus disebut pempek "gendum" atau gandum. Pempek ini juga sering disebut pempek dos. Harga jual pepmpek dos ini lebih murah daripada pempek biasa, karena pada umumnya pempek dos tidak memakai ikan atau hanya sedikit ikan, dan harga tepung terigu lebih murah dari tepung sagu. Kalangan pembelinyapun bukan dari kalangan kelas atas.
Namun demikian bukan berarti rasa pempek dos dibawah rasa pempek biasa. Jika dibuat oleh tangan yg ahli, maka rasanya akan sangat enak. Hanya memang sedikit lebih kenyal. Penulis berkesempatan mencoba pempek dos yg dibuat ahli pempek, yaitu Ibu Eng dan Ibu Nurhasanah, pemilik pempek Pak Raden. Keduanya menyajikan hidangan pempek dos yang hampir setara dengan pempek biasa.
Pada saat Festival Sriwijaya Expo, pempek dos sempat diuji coba untuk dijual. Dari hasil riset, kepada para pengunjung diperoleh informasi bahwa mereka tidak bisa terlalu merasakan perbedaan pempek dos dengan pempek biasa. Namun jika dibandingkan dengan pempek kelas atas yg memakai ikan kelas satu, maka perbedaan itu akan nyata terlihat. Bagaimanapun harga pempek dos yg lebih ekonomis akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pembeli kelas menengah ke bawah yang jumlahnya besar. Ini merupakan peluang yang patut dilirik.
Penjual pempek Dos yang terkenal di Palembang adalah Momoy di Jl. Sayangan Lorong Becak. Pempeknya cukup kenyal dan renyah, kuah cukonya sangat khas dan menantang lidah, pas sekali bersanding dengan pempek dosnya. Ada yg isi telor juga ada yg lenjer dan bulat. Jika tidak mencicipi pempek dos Moymoy ini, maka kita melewatkan kesempatan langka.




Foto2 aneka Pempek DOS

Gambar : Pempek dos yang dibuat oleh Ibu Eng

Gambar pempek dos yg dibuat oleh Ibu Nurhasanah, pemilik pempek Pak Raden

Gambar pempek dos yang dijual Moymoy di Jl. Lorong Becak

Thursday, November 02, 2006


Dadan Ramdhan, Profil Juara Yang Rendah Hati

Saat kita melihat penampilannya, maka kita akan menangkap kesan bahwa dia adalah sosok yang agak pendiam, namun ramah. Jika kita gali lebih dalam semua yang ada pada dirinya, maka hanya ada decak kagum saja yang terungkap, bahwa inilah kegigihan seorang anak manusia dalam menekuni dunia kerja yang dicintainya.
Penulis berkesempatan mengungkap profil Dadan saat dia membawa pulang medali emas (di hari ketiga penyelenggaraan sore harinya) yang diraihnya untuk hasil karya Dress the Cake dengan tema Garuda Wisnu Kencana. Terakhir saat menjelang kembali ke Jakarta, di bandara Changi, Dadan berkenan bercerita panjang mengenai perjalanan hidupnya.

Saat di Culinary Challenge itu, produk yang dibuatnya adalah sponge cake yang dilapisi coklat berwarna tua, kemudian di atasnya bertengger hiasan yang berasal dari bongkahan coklat juga dipahat berbentuk burung Garuda sedang ditunggangi oleh Sang DewaWisnu. Karya itu dikerjakannya dalam waktu 3 jam di luar pembuatan sponge cakenya yang sudah dipersiapkan dari Jakarta.
Bagi Dadan, memenangkan perlombaan pembuatan kue sudah beberapa kali diraihnya, namun baru di tingkat lokal, yaitu di beberapa ajang Bogasari Expo, ditahun 2000 dan 2002 dia dua kali juara pertama dan memperoleh hadiah ke Kanada, namun tidak bisa dinikmatinya, karena hadiah tersebut dinikmati oleh atasannya, yang merupakan pemilik Anfer Cake, tempat Dadan bekerja. Tahun 2004 dia meraih juara 3, dan juga lagi-lagi sang majikan yang pergi ke China untuk menikmati hadiah tersebut. Hal ini terjadi karena Dadan bertanding mewakli institusi bukan pribadi. Barulah di tahun 2005 kemarin setelah dia menang juara 1 lagi di Bogasari Expo 2005, dia bisa berangkat ke Singapore tahun ini sekaligus berkompetisi di tingkat internasional. Hasil yang diraihnya tidak tanggung-tanggung, sekaligus membuktikan kualitas dirinya, meraih medali emas.
Menurut Dadan, dia tidak ada perasaan akan dapat medali emas, baginya bisa ke luar negeri dan mencoba menjajal kemampuan saja sudah lebih dari cukup. Saat diumumkan bahwa dia satu-satunya dari 17 peserta Dress the Cake yang mendapat Gold Medal, maka rasa haru, bangga dan terkejut bercampur aduk dalam dirinya. Peserta lain di kategori tersebut ada yang mendapatkan Silver Medal 2 orang dan Bronze Medal 2 orang.

Otodidak yang Bersemangat Tinggi
Dadan sebenarnya tidak pernah menempuh pendidikan formal atau kursus kulinari. Selulus Aliyah (setingkat SMU) di Garut pada thun 1989, dia berangkat ke Jakarta mencari nafkah karena diajak temannya. Pekerjaan yang dilakoninya adalah menjadi pegawai gudang perusahaan benur udang. Ternyata istri sang pemilik, juga punya usaha toko kue dan sering memakai area gudang tersebut untuk membuat berbagai kue-kue bagi kebutuhan toko kuenya. Dadan yang suka mengintip pembuatan kue tersebut, ternyata sangat berminat melihat proses pembuatan kue, dan memberanikan diri untuk belajar, namun permintaan diluluskan dengan syarat belajar hanya di hari Sabtu atau Minggu saja.
Perusahaan udang tempat dia bekerja akhirnya tutup karena suatu masalah, namun sang istri pemilik mengajak dia bergabung di toko kuenya untuk jadi pegawai. Hal ini tentu karena melihat kesungguhan diri Dadan dalam belajar dan bekerja. Maka akhirnya resmilah dia menjadi karyawan toko kue Mira, tempat dia mulai menempa dirinya belajar mendalami proses pembuatan kue.
Proses belajar dia serap dari mana saja, dari sang pemilik, rekan kerja yang senior, para supplier yang mendemokan produk-produknya, dimana sikap itu terbukti membantunya meningkatkan kemampuannya.
Tahun 1992 dia memutuskan bergabung dengan Anfer Cake, yang saat itu baru mulai berdiri juga. Bersama sang pemilik dan karyawan 2 orang, dia ikut mengembangkan usaha Anfer Cake, yang saat ini sudah berkembang pesat dan memiliki karyawan 30 orang. Tugas utama Dadan di saat awal bergabung adalah membuat background kue yang dari bahan gabus dan disemprot pewarna. Sikap majikan yang menganggap dia sebagai rekan kerja membuatnya betah dan tanpa terasa sampai kini sudah 14 tahun dia bergabung di perusahaan tersebut. Posisinya saat ini sudah menempati Senior Chef, dan menjadi andalan sang pemilik usaha.
Pada saat bulan-bulan ramainya musim pernikahan (September sampai Desember), per bulan Dadan bisa mengerjakan 120 cake, yang dihiasnya sendiri. Namun di bulan-bulan biasa rata-rata dia mengolah 40 sampai 50 cake per bulan. Sabtu dan Minggu adalah hari kerja tersibuknya, dan Senin adalah hari liburnya. Beruntung sang istri, Ai dan kedua anaknya memaklumi profesi sang ayah. Anak pertamanya sudah sekolah di SMP, sedangkan yang kedua di kelas 5 SD.
Terbersit juga keinginan di hati Dadan, yang sudah memasuki usia 37 tahun, untuk membuka usaha sendiri. Baginya, membesarkan usaha orang lain sudah terbukti sukses, maka mengapa tidak mencoba usaha sendiri. Sayangnya dia masih belum bisa melepaskan kendali pembuatan kue ke orang lain atau istrinya. Waktu pulang kerjanya yang malam hari membuatnya sulit untuk segera memulai niatnya berusaha.

Proses Pembuatan Harus Serius
Menurut Dadan, saat kita sedang membuat kue hiasan, maka kita harus teliti dan serius. Bagi dia penampilan dan hasil akhir sangat menentukan bagi penilaian orang, karena pada kategori kue ini, rasa kue bukan prioritas utama, dibandingkan penampilan kue itu sendiri. Maka kehadiran alat bantu serta kemauan untuk mencari tahu desain-desain baru juga tidak boleh diabaikan.
Klien-klien yang memesan kue hiasan darinya tersebar di berabagai kota dan pulau. Untuk Garuda Wisnu Kencana sendiri pernah dipesan oleh kliennya yang dari Bengkulu. Bahkan dia juga pernah membuat kue berhiaskan candi Prambanan untuk pelanggannya yang dari Pontianak.
Seorang Dress the Cake spesialis menurut Dadan harus punya jiwa seni tinggi, paduan seniman lukis (untuk desain), pemahat / pematung (untuk proses pembuatannya). Tentunya yang terakhir jiwa seorang ahli kulinari, karena dia harus mencampurkan berbagai komposisi bahan makanan yang aman, enak dan indah dilihat. Anak keduanya menurut Dadan sudah memiliki bakat yang hampir sama sepertia dia.
Bersama Dadan, ahli kue lain yang meraih medali, adalah Yusrianto, yang meraih perunggu di kategori Pastry Showpiece. Yusrianto saat ini bekerja di Bogasari Baking Center Jakarta. Bagi kita mereka berdua merupakan insan-insan Indonesia yang membanggakan, yang membuktikan bahwa manusia Indonesia memiliki talenta yang tidak bisa dianggap sebelah mata.

Sebagaimana disampaikan kepada Petrus Gandamana
_______________________________________________

Food and Hotel Asia 2006 : Event Akbar Pelaku Usaha Makanan, Minuman, Hotel & Resto

Bagi pelaku usaha makanan & minuman (F&B) serta hotel & resto (hospitality Industry), maka FHA merupakan event yang tidak boleh dilewatkan sama sekali. Di event yang diselenggarakan dua tahun sekali di Singapore Expo tersebut, kita semua dapat melihat perkembangan dunia F & B, produk-produk dan jasa F & B maupun hotel dan resto dengan selengkap-lengkapnya. FHA 2006 ini memasuki kali yang ke 15 sejak pertama kali diselenggarakan di tahun 1978.Penyelenggaraan FHA biasanya akan berselang seling tahunnya dengan HOFEX (Hongkong Food Exhibition), dimana di HOFEX fokus produk dan region yang ikut lebih fokus, sementara di FHA lebih luas cakupannya. Belum lagi masih ada Food Exhibition lain yang juga diselenggrakan di tahun yg sama dengan FHA atau HOFEX namun dalam skala yang lebih kecil seperti di Thailand, Shanghai, Vietnam, Malaysia bahkan di Bali. Namun sebagai event yang diakui kelengkapannya, kenyamanan dan efektifitas pameran serta penyelenggaraan, maka FHA tentu sangat diakui.
Bagi yang berminat untuk mempromosikan produk usaha maka event ini tentu juga merupakan kesempatan emas untuk menempatkan posisi produk di tingkat internasional yang disegani. Misalnya beberapa tahun yang lalu saat minuman air mineral Equil dari Indonesia diluncurkan, maka event ini dimanfaatkan semaksimal mungkin. Hasilnya pamor Equil meningkat sekelas dengan merek minuman lain yang sudah eksis dan disegani. Masih banyak beberapa produk Indonesia lainnya yang memanfaatkan FHA sebagai tempat berpromosi yang efektif, walau tak bisa dipungkiri, biaya untuk berpameran di sana cukup tinggi.
Bagi kita yang menggeluti dunia kulinari atau pencinta kulinair sekalipun, maka di FHA kita dapat belajar banyak sekali mengenai perkembangan produk-produk makanan seperti makanan utama (staple foods), snack, confectionary, roti dan kue-kue dengan keragaman bentuk, penyajian maupun cita rasa terkini. Proses pembuatan makanan dan minuman mulai dari hulu sampai hilir beserta peralatan pendukungnya tersedia untuk kita amati, diskusikan dengan pakarnya maupun negoasiasikan untuk dibeli saat itu juga.
Bahkan bagi para professional yang memiliki keahlian menghias kue atau membuat pastry, mereka dapat uji kemampuan di ajang FHA Culinary Challenge. Ada beberapa peserta dari Indonesia yang berlaga di sana mengikuti ajang Pastry Showpiece, Plate Dishes, Dress the Cake, Wedding Cake, Petits Fours Praline serta Desserts. Perlombaan lain yg juga tersedia adalah Fruit and Vegetable Carving serta Ice Carving. Untuk kategori lomba team meliputi Lunch Service, Cold Display, Buffet Lunch Service.

Team Indonesia Tampil Mengejutkan di Cullinary Challenge 2006.
Team dari Indonesia ada yang berangkat secara pribadi maupun mewakili institusi, seperti team yang diberangkatkan oleh PT. ISM Bogasari Flour Mills. Team Bogasari terdiri dari 3 rang yang merupakan pemenang di ajang Bogasari Expo 2005. Penampilan dan hasil yang ditunjukkan oleh team Bogasari sangat membanggakan. Yusrianto yang bekerja di BBC Jakarta mendapatkan medali Bronze untuk kategori Pastry ShowPiece. Sedangkan Dadan Ramdhan yang merupakan Chef di Anfer Cake Jakarta mendapatkan medali Gold untuk kategori Dress the Cake.
Hasil karya mereka memang mengundang decak kagum dimana Yusrianto membuat pastry berbentuk naga yang sedang menatap burung Phoenix, sedangkan Dadan membuat cake coklat dengan hiasan bongkahan coklat berbentu burung Garuda yang diberi nama Garuda Wisnu Kencana. Namun peserta dari negara lain juga menampilkan hasil karya yang akan membuat kita menatap tak percaya akan keindahan dan detail yang dibuat oleh mereka. Ada yang membuat patung dari gula berbentuk 3 jendral perang China sedang bertarung dengan Lubu, sebagaimana kisah Romance of Three Kingdom. Ada juga yang membuat patung kue berbentuk seorang Chef sedang membuat adonan kue, lengkap dengan mixer dan timbangannya. Begitu detail dan hidup pembuatan patung kue tersebut, bagai dibuat oleh tangan seniman tingkat tinggi. Belum peserta dari kategori lain yang membuat neka Praline nan cantik dan menggoda mata kita. Gambar-gambar yang ada bias dilihat pada tabloid ini.

6 Hall Singapore Expo FHA 2006Yang Sarat Informasi
FHA 2006 mengisi 6 hall yang ada di Singapore Expo. Di Hall 1 dan 2 berisi stand-stand peserta yang berfokus pada produk makanan (Food Asia). Produk yang dipamerkan meliputi additive dan enzyme, Baking Ingredients, Kacang-kacangan, Beer, Minuman dan anggur (wine), biscuit, aneka roti, butter, chese, margarine, cake, frozen foods, sereal,chocolat dan pralines, cocktail, konsentrat, kecap dan aneka saus,dairy products, konfeksionari, buah-buahan, tepung, juice, daging, minyak makanan, pastry, snak, seafood, bumbu dan masih banyak lagi. Yang menyenangkan adalah bahwa selama kita mengunjungi area FHA, kita tidak perlu keluar uang untuk mengisi perut, karena segala macam sample makanan dan minuman dibagikan. Kita akan rugi kalau makan besar karena aneka sample makanan yg diberikan untuk dicicipi jumlahnya mencapai seribu lebih tergantung jenis makanan yang ditawarkan. Kalau hanya menyebut kue dan roti-roti maka hal tersebut masih sebagian kecil saja dari berbagai jenis makanan yang ada. Belum lagi ada rending siap saji, aneka coklat yang mahal dan berkelas.
Jika kita penikmat anggur / wine dan minuman berakohol (spirits), maka silahkan mampir di Hall 3. Dijamin kalau tidak bisa menahan diri, jika kita mencoba semua produk yang ada di setiap stand, kita bisa mabuk. Anggur yang ada mulai dari Negara tradisional penghasilnya yaitu Prancis dan Eropa, sampai pemain yang mengikuti di belaknagnya seperti Australia dan Selandia Baru. Bahkan penulis sempat terperangah dengan hadirnya stand anggur dari Afrika. Rasa anggurnya yg tidak kalah dengan anggur dari Perancis akan membuat kita berdecak kagum. Keunggulan anggur Afrika adalah tanamannya berbentuk semak-semak dan dipetik oleh tangan sehingga memberi kesan handmade. Beberapa kelas anggur yang tersedia, untuk minuman sehari-hari harganya sekitar Rp 65.000 per botol sampai yang kelas mahal sekitar Rp 5 jutaan per botolnya.
Selain anggur, maka Jepang yang terkenal dengan Sake-nya tentu tidak mau ketinggalan hadir. Berbagai macam Sake dengan aneka kemasan yang luar biasa cantiknya (tipikal Jepang memang sangat memperhatikan bentuk kemasan) dipamerkan. Sake diposisikan sebgai minuman yang ingin disejajarkan dengan anggur dalam menikmati berbagai hidangan makan. Penyajian sake ada yang didinginkan, dipanaskan atau di suhu ruang membuat kita menyadari bahwa aneka penyajian tersebut akan membuat cita rasa sake menjadi beragam. Belum lagi dari tipe proses pembuatan yang dibedakan akan menghasilkan jenis sake yang berbeda pula.
Memasuki Hall 4, maka kita akan melihat berbagai produk untuk kebutuhan resto. Aneka furniture untuk keperluan banquete, bar dan resto, berbagai macam mesin pembuat kopi, perangkat makan kristal maupun gelas, perak dan keramik berkelas, aneka pisau potong, deterjen pencuci, peralatan dapur, Juga berbagai rak dan trolley serta seragam kerja dipamerkan. Jika anda bermaksud membuka usaha resto, maka ajang ini akan menyediakan kelengkapan produk dari A sampai Znya tanpa terlewat sedikitpun. Jika anda bingung, maka stand yang menyediakan jasa konsultasi manajemen resto serta perangkat teknologi monitor, kendali, keamanan dan pengamanannya juga tersedia.
Di Hall 5 kita akan melihat berbagai produk kebutuhan hotel, mulai dari air conditioner, peralatan catering, bain marie, sink, aksesori kamar mandi, produk-produk pembersih, grill, dispenser, mesin laundry, metal detector, kitchen counter, refrigerator, vacuum cleaner juga mesin timbang. Jika kita ingin melihat ranjang-ranjang desian terbaru beserta haisan penutupnya, maka di FHA inilah kita akan mendapatkannya.
Memasuki hall 6 yang berada paling ujung, maka kita akan melihat kecanggihan aneka mesin-mesin pengemasan, pembuat kue dan roti (mixer maupun dough processing), laminator, peralatan pembuat pastry dan pizza, moulder dan panner, utensil, alat timbang, slicer dan media penyimpanan. Di area ini kita akan melihat bagaimana produk-produk dimsum diolah tanpa memakai tangan sama sekali (seperti siomai dan pangsit). Berbagai produk mooncake yang cantik-cantik ukirannya ternyata hanya buatan mesin dengan alat cetak yang beragam. Berbagai macam kemasan yang indah, dimana nilai suatu produk dapat terangkat karenanya, tersedia di sini beserta contoh proses pembuatannya. Jangan lupa sekali lagi di sini kita akan kekenyangan mencoba berbagai sample makananan yang ditawarkan untuk diuji cobakan.
Di setiap hall tersebut tersedia area untuk memarekan berbagai produk yang dipertandingkan. Maka kita tentu akan menghampiri aneka macam produk lomba yang di tata sedemikian rupa untuk mengundang kekaguman kita akan detail komposisi letak dan warna serta hiasan / garnihsing yang menarik. Sangat menariknya lagi makanan tradisional kita seperti nasi ulam diperagakan dengan cantik di sana seperti layaknya makanan manca negara lainnya.
Di antara Hall 2 dan 3 terdapat area yang namanya Foyer dimana di area tersebut juga diletakkan berbagai produk Dress the Cake dan Pastry Showpiece yang penulis ceritakan di awal. Di lantai 2 Foyer 1, ada ruangan seminar dimana kita bias mengikuti berbagai tema seminar yang menarik. Ada seminar untuk memperdalam pengetahuan mengenai anggur / wine, seminar mengenai makanan Halal dan sertifikasinya, seminar mengenai Trend Bakery Asia, seminar mengenai teknologi Foodservice dan kualitas pelayanannya.

Prasarana Pendukung Yang Nyaman
Jika kita melihat Singapura yang begitu disiplin dalam segala hal, maka kita akan terperangah karena menyaksikan bagaimana untuk mendapatkan taksi harus mengantri panjang, khususnya saat jam bubar pameran. Kita tidak perlu khawatir, di hall 6, kita cukup naik tangga escalator, maka sampailah kita di stasiun MRT yang bisa membawa kita ke tengah kota Singapura seperti ke Orchard, atau kalau memang kita ingin bergegas ke bandara, kita cukup sekali naik MRT, dalam waktu 10 menit sampailah kita di dalam terminal 2 Bandara Changi. Jika kita tidak mau bingung atau repot- maka tersedia shuttle bus yang akan mengangkut kita dari berbagai hotel pendukung menuju area FHA tanpa dipungut bayaran.Untuk menghadiri FHA, jika kita bergerak di usaha makanan, maka kita bisa mendaftar 1 bulan sebelumnya lewat internet ke website mereka yaitu FoodnHotelAsia, mengisi berbagai kolom registrasi yang tersedia, dan dalam waktu 3 hari kemudian kita sudah mendapatkan nomor registrasi. Nomor inilah yang kita tunjukkan saat datang ke area FHA, dan akan ditukar dengan name tag dengan memberikan kartu nama kita. Namun jika kita tidak sempat daftar lewat internet, atau bukan pelaku usaha makanan, maka kita cukup membayar Sin$ 80 untuk selama 4 hari pameran plus mendapatkan buku direktori FHA 2006 yang sangat lengkap. FHA berikutnya akan diselenggarakan kembali di Singapura tahun 2008. Namun jika kita sudah tidak tahan menunggu 2 tahun lagi, maka bulan Mei tgl 17 s.d 20 diselenggarkan Thai Food Exhibition atau tahun depan kita bisa menghadiri HOFEX di Hongkong yang juga sangat luar biasa.