Thursday, November 02, 2006


Dadan Ramdhan, Profil Juara Yang Rendah Hati

Saat kita melihat penampilannya, maka kita akan menangkap kesan bahwa dia adalah sosok yang agak pendiam, namun ramah. Jika kita gali lebih dalam semua yang ada pada dirinya, maka hanya ada decak kagum saja yang terungkap, bahwa inilah kegigihan seorang anak manusia dalam menekuni dunia kerja yang dicintainya.
Penulis berkesempatan mengungkap profil Dadan saat dia membawa pulang medali emas (di hari ketiga penyelenggaraan sore harinya) yang diraihnya untuk hasil karya Dress the Cake dengan tema Garuda Wisnu Kencana. Terakhir saat menjelang kembali ke Jakarta, di bandara Changi, Dadan berkenan bercerita panjang mengenai perjalanan hidupnya.

Saat di Culinary Challenge itu, produk yang dibuatnya adalah sponge cake yang dilapisi coklat berwarna tua, kemudian di atasnya bertengger hiasan yang berasal dari bongkahan coklat juga dipahat berbentuk burung Garuda sedang ditunggangi oleh Sang DewaWisnu. Karya itu dikerjakannya dalam waktu 3 jam di luar pembuatan sponge cakenya yang sudah dipersiapkan dari Jakarta.
Bagi Dadan, memenangkan perlombaan pembuatan kue sudah beberapa kali diraihnya, namun baru di tingkat lokal, yaitu di beberapa ajang Bogasari Expo, ditahun 2000 dan 2002 dia dua kali juara pertama dan memperoleh hadiah ke Kanada, namun tidak bisa dinikmatinya, karena hadiah tersebut dinikmati oleh atasannya, yang merupakan pemilik Anfer Cake, tempat Dadan bekerja. Tahun 2004 dia meraih juara 3, dan juga lagi-lagi sang majikan yang pergi ke China untuk menikmati hadiah tersebut. Hal ini terjadi karena Dadan bertanding mewakli institusi bukan pribadi. Barulah di tahun 2005 kemarin setelah dia menang juara 1 lagi di Bogasari Expo 2005, dia bisa berangkat ke Singapore tahun ini sekaligus berkompetisi di tingkat internasional. Hasil yang diraihnya tidak tanggung-tanggung, sekaligus membuktikan kualitas dirinya, meraih medali emas.
Menurut Dadan, dia tidak ada perasaan akan dapat medali emas, baginya bisa ke luar negeri dan mencoba menjajal kemampuan saja sudah lebih dari cukup. Saat diumumkan bahwa dia satu-satunya dari 17 peserta Dress the Cake yang mendapat Gold Medal, maka rasa haru, bangga dan terkejut bercampur aduk dalam dirinya. Peserta lain di kategori tersebut ada yang mendapatkan Silver Medal 2 orang dan Bronze Medal 2 orang.

Otodidak yang Bersemangat Tinggi
Dadan sebenarnya tidak pernah menempuh pendidikan formal atau kursus kulinari. Selulus Aliyah (setingkat SMU) di Garut pada thun 1989, dia berangkat ke Jakarta mencari nafkah karena diajak temannya. Pekerjaan yang dilakoninya adalah menjadi pegawai gudang perusahaan benur udang. Ternyata istri sang pemilik, juga punya usaha toko kue dan sering memakai area gudang tersebut untuk membuat berbagai kue-kue bagi kebutuhan toko kuenya. Dadan yang suka mengintip pembuatan kue tersebut, ternyata sangat berminat melihat proses pembuatan kue, dan memberanikan diri untuk belajar, namun permintaan diluluskan dengan syarat belajar hanya di hari Sabtu atau Minggu saja.
Perusahaan udang tempat dia bekerja akhirnya tutup karena suatu masalah, namun sang istri pemilik mengajak dia bergabung di toko kuenya untuk jadi pegawai. Hal ini tentu karena melihat kesungguhan diri Dadan dalam belajar dan bekerja. Maka akhirnya resmilah dia menjadi karyawan toko kue Mira, tempat dia mulai menempa dirinya belajar mendalami proses pembuatan kue.
Proses belajar dia serap dari mana saja, dari sang pemilik, rekan kerja yang senior, para supplier yang mendemokan produk-produknya, dimana sikap itu terbukti membantunya meningkatkan kemampuannya.
Tahun 1992 dia memutuskan bergabung dengan Anfer Cake, yang saat itu baru mulai berdiri juga. Bersama sang pemilik dan karyawan 2 orang, dia ikut mengembangkan usaha Anfer Cake, yang saat ini sudah berkembang pesat dan memiliki karyawan 30 orang. Tugas utama Dadan di saat awal bergabung adalah membuat background kue yang dari bahan gabus dan disemprot pewarna. Sikap majikan yang menganggap dia sebagai rekan kerja membuatnya betah dan tanpa terasa sampai kini sudah 14 tahun dia bergabung di perusahaan tersebut. Posisinya saat ini sudah menempati Senior Chef, dan menjadi andalan sang pemilik usaha.
Pada saat bulan-bulan ramainya musim pernikahan (September sampai Desember), per bulan Dadan bisa mengerjakan 120 cake, yang dihiasnya sendiri. Namun di bulan-bulan biasa rata-rata dia mengolah 40 sampai 50 cake per bulan. Sabtu dan Minggu adalah hari kerja tersibuknya, dan Senin adalah hari liburnya. Beruntung sang istri, Ai dan kedua anaknya memaklumi profesi sang ayah. Anak pertamanya sudah sekolah di SMP, sedangkan yang kedua di kelas 5 SD.
Terbersit juga keinginan di hati Dadan, yang sudah memasuki usia 37 tahun, untuk membuka usaha sendiri. Baginya, membesarkan usaha orang lain sudah terbukti sukses, maka mengapa tidak mencoba usaha sendiri. Sayangnya dia masih belum bisa melepaskan kendali pembuatan kue ke orang lain atau istrinya. Waktu pulang kerjanya yang malam hari membuatnya sulit untuk segera memulai niatnya berusaha.

Proses Pembuatan Harus Serius
Menurut Dadan, saat kita sedang membuat kue hiasan, maka kita harus teliti dan serius. Bagi dia penampilan dan hasil akhir sangat menentukan bagi penilaian orang, karena pada kategori kue ini, rasa kue bukan prioritas utama, dibandingkan penampilan kue itu sendiri. Maka kehadiran alat bantu serta kemauan untuk mencari tahu desain-desain baru juga tidak boleh diabaikan.
Klien-klien yang memesan kue hiasan darinya tersebar di berabagai kota dan pulau. Untuk Garuda Wisnu Kencana sendiri pernah dipesan oleh kliennya yang dari Bengkulu. Bahkan dia juga pernah membuat kue berhiaskan candi Prambanan untuk pelanggannya yang dari Pontianak.
Seorang Dress the Cake spesialis menurut Dadan harus punya jiwa seni tinggi, paduan seniman lukis (untuk desain), pemahat / pematung (untuk proses pembuatannya). Tentunya yang terakhir jiwa seorang ahli kulinari, karena dia harus mencampurkan berbagai komposisi bahan makanan yang aman, enak dan indah dilihat. Anak keduanya menurut Dadan sudah memiliki bakat yang hampir sama sepertia dia.
Bersama Dadan, ahli kue lain yang meraih medali, adalah Yusrianto, yang meraih perunggu di kategori Pastry Showpiece. Yusrianto saat ini bekerja di Bogasari Baking Center Jakarta. Bagi kita mereka berdua merupakan insan-insan Indonesia yang membanggakan, yang membuktikan bahwa manusia Indonesia memiliki talenta yang tidak bisa dianggap sebelah mata.

Sebagaimana disampaikan kepada Petrus Gandamana
_______________________________________________

No comments: